|
|
Proposal
Kaspo Inc.
Muhammad Zahrul Muttaqin
Seperti juga Banu, aku sendiri tak tahu harus mulai dari
mana, meis janjiku ning ente-ente pada saat pertemuan riyoyoan ning bet-e
Nico, lebaran tahun ini, harus ana tepati dan realisir. Yo nggawe proposal
usaha untuk Keluarga Kaspo alias Kaspo Incorporated. Meskipun selama lebih
kurang karo tengah tahun ana 'nyantri' sebagai seorang 'calon kapitalis',
dan telah banyak pula mengkaji beragam kegiatan bisnis, toh untuk memilih
bisnis yang cocok bagi Keluarga Kaspo adalah hal yang cukup rumit. Lebih
rumit daripada ujian mata kuliah manajemen strategik atau manajemen bisnis
kecil. Mengapa? Kaspo adalah unik. Ente-ente adalah individu-individu yang
beragam. Itu bisa dilihat dari alotnya pembicaraan kita dulu, meskipun
Madame Widi ada di tengah- tengah kita, toh itu tidak mengurangi spontanitas
dan kreativitas Ente-ente dalam membahas persoalan ini. Anyway, the
show must go on. Dan inilah percikan air sendang bisnis, yang ana coba
tadhongi di daun talas kecekak-an nalarku. Mohon disimak baik-baik agar
masukan Ente nanti lebih menukik.
Mencari Visi, Mereka-reka Misi dan Sasaran
Sebuah visi akan senantiasa memberikan arahan global
dan sekaligus menjaga arah kegiatan 'usaha' yang ditempuh oleh Keluarga
Kaspo. Oleh karena itu alangkah indahnya jika visi usaha Kaspo adalah:
"Aktivitas Keluarga Kaspo bukan hanya untuk Keluarga
Kaspo sendiri, tetapi untuk kemaslahatan masyarakat."
Dari visi tersebut maka dapat kita jabarkan, istilahe Pak Dosen
Tomi "diturunkan" alias "dideferensiasikan" menjadi pola pikir yang lebih
spesifik berupa misi sebagai berikut:
"Mempererat persaudaraan di antara anggota Keluarga
Kaspo, meningkatkan fleksibilitas dan keterbukaan Keluarga Kaspo, dan memberikan
manfaat spiritual yang sebesar-besarnya bagi masyarakat Tuban dan Keluarga
Kaspo sendiri". Enfin, akhirnya, sasaran yang dapat kita
create dari misi di atas adalah terbentuknya Kaspo Group yang dimulai dari
usaha kecil berupa kegiatan agribisnis dan konsultasi bisnis, sehingga
mampu memberdayakan anggota Kaspo dan masyarakat sekitar Kaspo.
Bentuk Usaha
Engkel-engkelan antara Jingkim, Pekyo, Godar dan David,
bahkan Sigid Njendhol, yang kala itu ikut meramaikan acara riyoyoan, tentang
bentuk usaha apa yang paling cocok saat ini, pada hakikatnya lebih dikarenakan
pada belum harmoninya titik tolak dan latar belakang dikembangkannya 'usaha
kaspo' ini. Dengan visi dan misi tersebut di atas, jelas, bahwa tujuan
kita bukan untuk mengejar, apalagi mengeruk bathi sa'umbruk-umbruk. Namun
ditujukan untuk membantu Keluarga Kaspo yang membutuhkan dan Masyarakat
Tuban yang perlu diberdayakan. Maka pada awal ini yang lebih dipentingkan
adalah bahwa kegiatan itu bisa dilaksanakan dan diperkirakan dapat berjalan
dalam jangka waktu yang panjang. Profit? Kita pikirkan kemudian, namun
jangan kita anggap angin lalu.
Setelah menimbang dengan cukup lama (karena tingkat kesulitannya setingkat
di atas menentukan harem untuk zuwat), agaknya yang paling cocok untuk
dikembangkan adalah pertanian. Hal ini bukan karena ana dari IPB sehingga
mengusulkan hal tersebut, namun lebih pada melihat kesiapan sumberdaya
yang ada. Nanung telah bersedia meminjamkan lahannya, mungkin juga Rustomo,
Godar atau Nanang nantinya. Pekyo dan Godar, dibantu dengan David, juga
telah berpengalaman di agribisnis. Jadi, there is no handicap anymore,
untuk meng-inisiasi usaha ini. Mengenai komoditasnya? I am relying on
Pekyo. Bisa cabe, kacang tanah, atau jagung yang dipadukan dengan tanaman
tahunan seperti jambu mete dan sengon atau lamtoro. Dalam pada itu, untuk
menjaga agar usaha ini tidak 'terlalu' merugi maka dibentuk pula Bengkel
Konsultasi Bisnis (BKB) yang disamping bertugas mengontrol roda usaha,
juga berfungsi sosial dalam memberikan penyuluhan pada masyarakat kecil
di Tuban dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, terutama di saat krisis.
BKB (duduk PKB Min-red) ini sekaligus berfungsi sebagai Kaspo Business
Centre (KBC).
Pendanaan (Funding)
Seharusnya ana khaya', malu, untuk membicarakan masalah
ini. Betapa tidak, kita memiliki bankir kaliber tatasurya seperti Nanung
dan Andri. Tapi, gak popo, Tomi wae wani ning Londo, mosok nulis ngene
wae gak wani. Ana perkirakan modal awal yang kita perlukan at least 5 juta
rupiah, tentunya tidak termasuk lahan. Lantas teko endi dhuwik-e? Opo iku
dhuwik kabeh tho camper kreweng? Jelase yo patungan tho Nda...Nda! Mekanismenya
begini. Redaksi Kaspos akan menerbitkan sekitar seribu lembar sertifikat
yang berfungsi sebagai, ethok-ethok-e, saham. Dan 'saham' tersebut dijual
ke anggota Kaspo dengan nilai nominal Rp7.500,00/ lembar. Diharapkan dari
sekitar 50-an anggota Kaspo, included para simpatisannya, didapatkan
dana minimal tersebut. Akan tetapi (duduk omongane Timbul), ana dengan
amat sangat mengharapkan pengertian dari ente-ente, bahwa lembaran-lembaran
'saham' yang Ente simpan itu diniati untuk tidak kembali dalam jangka pendek,
bahkan tak pernah kembali. Meskipun tentunya para pelaku usaha harus berusaha
untuk mengembalikan 'saham-saham' tersebut. Emboh kapan. Anggap saja Ente-ente
akan mendapatkan ganjarannya di akherat, Amin. Dan tentu saja saham-saham
itu dapat dipindahtangankan dari satu anggota ke anggota yang lain. Gimana
cukup fair khan? Entik, nek wis berkembang, bolehlah kita pikirkan
mekanisme pendanaan yang lebih profesional di mana mekanisme deviden dan
retain earning bisa diberlakukan atas saham-saham. Jadi, tunggu saja petugas
Kaspo Incorporated yang akan mendatangi Ente-ente untuk membantu 'nglarisi'
saham-saham tersebut. Iku thok? Tentunya ndak tho nda! Amat sangat dimungkinkan
untuk menarik, kalau perlu moroti, dana-dana lain, seperti dana luar negeri.
Asal halal dan tidak mengikat. Pokok-e ojo nganti utang dhisiklah. Piye
Tom, Ente sanggup?
Organisasi Pelaksana
Dengan otoritas yang ada, maka ana minta dengan sangat,
ente-ente yang secara sengaja saya comot untuk duduk di kepengurusan Kaspo
Inc. mau menerima amanat yang mulia ini. Dilarang tebik bin ghodhob, dan
dilarang mangkir di setiap pertemuan yang nantinya akan sangat intensif
dilaksanakan.
| Penasihat |
Ibu Widi Lestari
Bapak Nasrukan |
| Ketua |
M. Zahrul Muttaqin |
| Wakil Ketua |
Herrie Soebagijo |
| Bendahara |
Noor Akmala Dewi |
| Koordinator Jakarta |
Nanang Eko Supriyanto |
| Divisi Produksi dan Operasi |
|
| Koordinator |
Wahyu Soedarto Hs. |
| Anggota |
Dafid Zulfikar
Abdul Hakim
Erief Wardhono
Rudy Purnomo
Rustomo
M. Saifuddin Zuhri |
| Divisi Konsultasi Bisnis
(Kaspo Business Centre) |
|
| Koordinator |
Amin Hariono |
| Anggota |
Boedi Soetanto
Bambang Eko Cahyono
M. Ari Wahyudi
Masjidan
Teguh Hadi Wiyatno
Indra Budi Hermawan
Arifni Rochmatullah |
Time Schedule
Waktu persiapan secara resmi dimulai sejak Kapos ini
sampek ke tangan ente-ente. Setelah itu agenda acaranya adalah sebagai
berikut:
| Maret-April
1999 |
Umpan
balik Ente-ente ke redaksi Kaspos sudah harus masuk |
| Mei 1999 |
Penyiapan 'saham' |
Juni 1999
Minggu I
Minggu II-IV |
Pengiriman sebagian 'saham'
ke Tuban
Penggalangan Dana |
| Juli 1999 |
Rapat Teknis di Tuban membahas komoditas
yang akan dipilih, penanggung jawab lapangan serta sistem yang akan dikembangkan
(PJ: Herrie Soebagijo) |
| Agustus-September 1999 |
Studi Kelayakan dan persiapan akhir |
| Oktober 1999 |
Pelaksanaan |
| Januari 2000 |
Evaluasi dan Perencanaan Strategi Lanjutan |
Langkah Awal Merogoh Mimpi
Muhammad Zahrul Muttaqin
Awas, ini adalah berita penting bahkan super penting.
Dilarang keras untuk tidak memahaminya apalagi membacanya. Barangsiapa
yang dengan sengaja atau tidak, 'meng-khalo-kan' alias ora nggiagas tulisan
ini bersiap-siaplah untuk 'disumpahin' satu per satu oleh Domi di depan
Sepeh.
April, 23-25, menjadi kali keempatku rejak ning Tuban dalam kurun waktu
enam bulan terakhir. Sesuatu yang aku sendiri tidak pernah menduga sebelumnya.
Yang jelas, Gusti Allah lah yang telah menskenariokannya dengan sangat
sempurna sehingga ide-ide, imajinasi-imajinasi, optimisme yang meluap-luap,
juga pesimisme yang menghentak-hentak tentang Kaspo Inc. masih dapat kita
'ingoni' hingga sekarang. Meskipun 'kerejakanku' bukan bertujuan utama
untuk 'ngurusi' Kaspo Inc. namun ternyata waktuku di Tuban lebih banyak
tersita untuk hal yang satu ini.
Walafuw kalo aku hanya sempat khoyir-khoyiran dengan beberapa dari Ente,
katakanlah, Kemul, Godar, Biyik, Si Kelam Pekyo, Sari yang masih saja Brintik,
Mbahe Amin yang semakin tuwo, dan Nanung yang tetap tidak berubah sebagaimana
Nanung sehari sebelumnya. Beberapa dari Ente belum sempat aku hubungi dan
beberapa lagi yang sempat aku hubungi sedang tidak di Tuban atau sedang
ada kepentingan lain. Sekali lagi walafuw, kalau dalam tahap awal ini hanya
beberapa gelintir dari Ente yang intensif terlibat, tapi aku yakin dan
mungkin sedikit berharap Ente-Ente akan sangat mendukung langkah awal kita
ini. Gak iyo tho nda?
Sebagai provokator program usaha Kaspo, aku membawa amanat dari hadza-hadza
Jabotabek hasil pertemuan tentang Kaspo Inc. Waktu itu disepakati pihak
Jabotabek, tentunya plus Walondo, bersedia menyediakan 60% dari dana minimun
investasi awal, dengan usaha pertanian sebagai basis dan komoditas yang
dipilih adalah Jagung atau Kacang Tanah. Oke, itu adalah rencana dari Jakarta.
Sampai di rumah Biyik aku mendapatkan kesan masih belum adanya kesepahaman
dan kesalingmengertian mengenai apa yang aku tulis dalam Kaspos 20, begitu
juga ketika aku, Biyik dan Mbahe ketemu dengan Bu Kaji Nanung. Alhamdulillah
setelah Kemul, Godar, Pekyo dan Mr. Brint datang, kesenjangan pemikiran
yang dulunya sangat gelap (segelap apa hayo?) menjadi terkuak dan masing-masing
pihak mulai mengerti apa yang sebenarnya ada dalam benak masing-masing.
Meskipun munculnya perbedaan perspektif atas Kaspo Inc. tidak bisa dihindari,
jelase secara substansial sudah ada kesepahaman mengenai Kaspo Inc.
Seperti halnya pertemuan di Jakarta, kendala utama pertemuan pertama di
bet-nya Nanung adalah menentukan siapa penanggung jawab operasional di
lapangan. Dibutuhkan hadza-hadza yang diniscayakan tetap akan ada di Tuban
untuk jangka waktu yang masih lama, atau paling tidak setahun ke depan
dan memiliki waktu yang cukup untuk mencurahkan perhatiannya pada Kaspo
Inc. Karena masih buntu, maka pembicaraan kemudian lebih diarahkan pada
pemilihan komoditas dan kesiapan lahan. Amanat yang aku bawa dari Jakarta
ternyata memiliki beberapa kelemahan, paling tidak itu yang muncul dalam
kalam-kalaman, bahwa dari yang hadir tidak ada yang memiliki pengalaman
dengan dua komoditas yang direncanakan yaitu Jagung dan Kacang Tanah, terutama
penanganan pasca panennya dan yang kedua adalah dibutuhkan lahan yang relatif
lebih luas dan sudah biasa diolah, lantas siapa yang akan menghubungi pemilik
lahan, kalau toh dipakai lahan Nanung yang di Punggul, belum dapat dipastikan
tingkat kecocokannya apalagi kesiapannya. Maka untuk sementara diasumsikan
bahwa lahan harus nyewa. Kecuali, menurutku, kalau Nanang atau Rustomo
memiliki jawaban untuk mengatasi masalah penyediaan lahan ini.
Solusi atas masalah komoditas kemudian ditawarkan oleh Godar. Ya, cabe
alias lombok. Mengapa? Sehubungan dengan eksperimen bisnis cabe sebelumnya
maka hadza iki bersama dengan Kemul dan Pekyo serta Mr. Brint sedang merintis
lagi penanaman cabe untuk musim tanam mendatang. Mereka siap untuk memberikan
konsultasi bisnis sementara penanggung jawab operasional Kaspo Inc. ada
di tangan mbah Amin dan Biyik. Sosok mbah Amin adalah yang paling tepat
saat ini, mengapa? Sebagai sesepuh Keluarga Kaspo, loyalitas dan sosialisme
aktivis LSM ini akan sangat membantu pegawasan usaha ini. Meskipun ada
syaratnya: usaha dimulai setelah Pemilu. Oke, dengan dibantu Biyik yang
memiliki mobilitas cukup tinggi persiapan selama masa sebelum pemilu ini
dapat ditanganinya. Dan Biyik saat ini tengah melakukan lobi-lobi dan kalkulasi-
kalkulasi atas persoalan lahan yang sempat mengemuka.
Berikut adalah sistematika kerja dan prakiraan biaya investasi usaha 'perlombokan'
ini yang dirancang oleh Pekyo. Ente-Ente tentunya boleh berpendapat dan
merevisi usulan ini.
Tugas Koordinator Lapangan
1. Bertanggung jawab terhadap keseluruhan sepak terjang
pelaksanaan di lapangan.
2. Berkewajiban mencari lahan, tenaga kerja dan sistem kerja (antara penanggung
jawab dengan
pelaksana/penggarap dan konsultan).
3. Mengkoordinir keseluruhan proses produksi.
4. Bertanggung jawab terhadap kecukupan sarana produksi.
Tugas Konsultan
1. Bertanggung jawab memberikan bimbingan/konsultasi teknik secara
rutin berupa inspeksi (kunjungan).
2. Memberi solusi kepada penanggung jawab (koordinator lapangan/korlap)
terhadap problem yang dihadapi.
3. Menyusun proposal analisis usaha tani.
Hak Koordinator Lapangan dan Konsultan
1. Memperoleh kompensasi atas pekerjaan yang dilaksanakan dalam
bentuk honorarium/bulan
2. Honorarium Korlap sebesar Rp ?
3. Honorarium Konsultan sebesar Rp500.000,00 selama 4 bulan
4. Memperoleh kompensasi persentase bagi hasil setiap bulan (insentif produksi)
setelah memasuki panen
sebesar ?%, Atau insentif produksi pascapanen yang dihitung
berdasarkan persentase total laba bersih
yang diperoleh (?%)
Biaya-biaya Lain
Biaya tenaga kerja
Plastik semai
Pembuatan naungan
Round up (Herbisida)
Sprayer
Polybag/mulsa
Tali ajir
Sewa lahan
Meskipun tidak semua biaya dapat ditentukan saat ini, namun secara keseluruhan
investasi sebesar Rp5 juta dianggap mencukupi. Sekali lagi tak tegesno
kalau proposal ini masih sangat mungkin untuk diperbaiki, partisipasi Ente
sangat diharapkan. Piye nda?
|
|