|
|
Kaspos 20 Edisi Pebruari 1999 KASPOpini
Lakon-e Sepeh Aku tidak tahu mesti mulai dari mana menulis, karena selama ini aku hanya mengamati polah tingkah para LAKON. Entah itu LAKON SEPEH atau pun LAKON DOMI yang selama ini diibaratkan sebagai suami-istri yang selalu lengket bila berada di Tuban. Lakon berdua begitu dominan didalam percaturan politik Kaspos. Sejarah para lakon begitu komplit karena hampir tiap edisi Kaspos selalu muncul nama Lakon. So pasti siapa pun mengakui itu, tapi siapa yang pernah dengar tentang haremnya Sepeh ??? (harem sing bener-bener harem, nek Lakon Domi kabeh ngerti pernah karo Ika, Lha nek Lakon-e Sepeh pernah karo sopo ???). Hal itu sampai sekarang mungkin masih menjadi misteri, siapakah mantan-mantan atau mungkin mantan calon haremnya Lakon Sepeh ??? Kabut tebal selalu menutupi perkharatan (kebohongan-red.) kisah per-Harem-an Lakon Sepeh, ini tidak bisa lepas dari kompaknya antara Lakon Sepeh dan Lakon Domi (Dua LAKON ini memang rajanya rekayasa, raja kaspo dan raja mbulet). Alkisah ini di mulai dari rasa suka (seneng buaaaaanget) Sang Lakon muda yang masih seragam OSIS dengan harem yang masih dalam radius tonggo dhewe. (batasan tonggo dhewe kuwi iso sak RT, sak RW utowo nek saiki istilahe Jago kandang). Seperti biasa ana lagi dolan neng bet-e sepeh, ngobrol ngalor ngidul. Tidak diduga tidak dinyana ternyata sepeh ngomong ," Nu ayo dolan neng omahe tonggo sebelah." Dengan tidak ada persiapan sama sekali (nganggo kathok cekak puma abang) berangkat neng omahe harem, tekan ngarep pintu sepeh ngomong ," Nu kowe sing no-thok lawang !!", karena tidak punya niat opo-opo aku dengan santainya no-thok pintu. Ternyata yang muncul di balik pintu adalah Dhe-Kas. Itu adalah awal mula dimana seorang Dhe-Kas terlibat didalam proses pendekatan Lakon Sepeh dengan harem (tonggo dhewe), itu terjadi saat masih kelas satu SMA tahun 1988. Ini adalah termasuk kemajuan bagi sang Lakon Sepeh karena sakdurunge sang Lakon lebih suka mlaku-mlaku neng BOOM nyambi golek BONA koyotho: Lestari, Sri BOGOR dan Sri-Sri yang lainnya (walau saat ini hadza iki tengah bersiap menuju ke jalan Sufi jare MOBEK lho iku!!!). Waktu berjalan terus dimana tidak ada kepastian apakah ada keberanian atau tidak untuk ngomong tresno karo tonggo dhewe??? karena perkembangan selanjutnya aku ora pernah ngerti Lakon Sepeh dolan neng tonggo dhewe. Ini terjadi karena Sepeh kuliah di Jakarta aku kuliah di Yogya, tetapi kelihatannya Lakon Sepeh belum bisa melupakan bayang-bayang tonggo dhewe, atau mungkin karena belum ada alternatif lain, tetapi aku pernah dengar bahwa lakon Sepeh datang ke Jakarta motifasi utamanya adalah dalam rangka pendekatan harem asal kalimati tetapi inipun kebenarannya sulit dibuktikan. Sudah sekitar 3 tahun ini sejak aku berada di Jakarta hampir selalu ketemu, ngobrol karo Lakon Sepeh yang saat itu dalam status mahasiswa (dalam tanda petik) mengapa??? karena yang namanya mahasiswa itu identik dengan demo, apalagi saat itu Jakarta lagi gencar-gencarnya demo di gedung MPR/DPR tapi kita tidak pernah melihat Lakon Sepeh nongol didalam TV Kita. Padahal banyak warga Tuban umumnya dan warga Kaspo khususnya mengharapkan hal itu, karena akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri apabila salah satu warga kita menjadi pelopor demo. Yang jadi pertanyaan dimana gerangan Mahasiswa kita ini?? Apakah juga lagi demo? Demo apa? Ndemo siapa? Pertanyaan itu selalu muncul di benakku, padahal waktu itu mulai dari tukang becak, abang bemo dan abang-abang yang lain semua pada turun kejalan (seperti inikah kriteria perlakonan Kaspo???). Apakah sang Mahasiswa kita ini pro status quo, pro mbah Harto? Atau mungkin saat itu sang Lakon Sepeh lagi sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya atau mungkin lagi punya kesibukan yang lain (sokran sing ngerti). Disini aku aku jadi ingat dengan karikatur mengenai beda perdebatan antara tukang- tukang becak dengan perdebatan anggota-anggota DPR. Di pojok jalan para tukang becak riuh rendah : "Iran dan Irak, mana yang menang hayo?" "Tentu Irak, karena senjatanya lebih ampuh." "Ah Iran dong. Mereka punya taktik yang jitu !" Dan di ruang sidang parlemen berkecamuk perbedebatan: "Tinny sama Wike hebat mana hayo?" "Tentu Wike, soalnya dia punya senjata canggih betul." "Ah, tentu Tinny dong! Soalnya dia menguasai teknik dan kaya akan variasi ..!" Yang menjadi pertanyaan lebih besar lagi tentunya rambut gondrong sang lakon. Apakah rambut gondrong itu hanya untuk gagah-gagahan? Atau hanya sekadar sebagai andalan bagi sang Lakon Sepeh untuk bisa bayar ongkos Bis Kota dengan uang Cepek. Malam itu seperti malam-malam yang lain, sang Lakon Sepeh tanpa diduga dan dinyana dia muncul, yang terdengar pertama adalah pisuhane sing paling mantep "Dianchuuk- dianchuuk aku mau neng bis kota ketemu harem guah nda !" seperti malam-malam lainnya sang Lakon mulai mbahas masalah harem. Tetapi dengan sangat tidak terduga sang Lakon mulai ngomong masalah tonggo dhewe, dengan sedikit ilmu perumpamaan (Sanepo) sang Lakon mulai ngomong. "Piye nu khabare tonggo dhewe? Ono angin opo iki sang lakon koq takok khabare tonggo dhewe, tak batin neng njero ati. "Aku yo ora ngerti Peh, kudune sing takon kuwi aku koq malah ente. Tapi seperti biasa kalau untuk adu omong ora pernah menang, karena semua orang tau sang lakon adalah rajanya kaspo. Aku dadi curiga ono opo iki? Aku segera tanggap dengan keadaan dimana pada bulan-bulan mendekati Lebaran, sang Lakon Sepeh pasti butuh bahan gosip kanggo neng Tuban, ternyata dugaanku ora salah, beberapa hari kemudian aku dapat khabar bahwa di Tuban mulai beredar isu-isu yang tidak benar sama sekali, hal ini berjalan dengan baik karena lakon sepeh selalu dibantu dengan RAJA PROVOKATOR (bojone Lakon Sepeh ning Tuban = Lakon Domi) nyebar isu nek aku saiki karo tonggo dhewe. Dengan cepat gosip itu menyebar ke seluruh pelosok kawasan Tuban. Semua isu direncanakan sang lakon Sepeh dari Jakarta sementara bojone sepeh neng Tuban nyebarno isue neng Tuban karo ditambahi bumbu- bumbu penyedap. Hal inilah yang menjadikan aku penasaran , dua hari sebelum lebaran tahun 1998 aku teko neng Tuban berusaha mencounter semua isu yang berkembang tetapi kenyataannya semua itu sia-sia, karena semua pelosok kota Tuban telah mereka kuasai. Akhirnya aku mengambil keputusan untuk diam , karena aku yakin pastilah akhirnya semua gosip itu akan hilang dengan sendirinya. Semua gosip mlayune neng aku sehingga bocah-bocah lengah, maka dengan sedikit slinthuttan sang Lakon Sepeh dolan neng tonggo dhewe, bahkan pada kondisi-kondisi tertentu janji ketemu di rumah sang Lakon Sepeh untuk menghindari ben ora ketemu karo Ibune tonggo dhewe. Tapi meskipun ditutupi koyo opowae sing jenenge bathang mesthi mambu wae. Pas hari naas sang lakon lagi muteri kutho Tuban boncengan karo t onggo dhewe, jebule ketemu karo Ibune tonggo dhewe. Sang Lakon kaget tapi seperti biasa sang Lakon dengan cepat bisa menguasai diri (hal ini berbekal dengan ilmu mbidheg, chuek asu, mblubut pol). Hal ini berlanjut sampai beberapa bulan dimana mereka berdua selalu janjian untuk ketemu apabila akan datang ke Tuban. Tetapi semua itu tidak berjalan sesuai dengan yang mereka harapkan karena ada suatu hal yang menyebabkan adanya perselisihan yang menyebabkan renggangnya hubungan mereka berdua. Tetapi hal ini seharusnya bisa diselesaikan apabila masing-masing pihak tidak gengsi karena masalahnya hanyalah TELEPHONE dan DheKhas. (cerita ini sangat bisa dipercaya karena sumbernya adalah SANG LAKON sendiri). Tetapi cerita lebaran tahun 1998 itu adalah tinggal kenangan karena kelihatannya sang lakon saat ini sudah mulai sadar bahwa tonggo dhewe mungkin bukanlah jodone, karena ternyata tonggo dhewe dalam waktu dekat ini akan nikah dengan orang lain (yo sing sabar peh ojo nganti ngombe baygon nek iso ngombe mbah somo wae mben penak). Tapi aku yakin Sang Lakon akan tetap jalan terus dan tidak akan putus asa apalagi saat ini sang lakon wis suhul sing saben dino ketemu karo harem guwah-guwah ini merupakan salah satu hiburan bagi sang lakon. Sekarang hanya satu tujuan Sang Lakon adalah menabung sebanyak-banyaknya untuk persiapan apabila sewaktu-waktu ono harem sing ngajak kawin. Tapi nek wis kawin jok lali karo aku, karena bagaimanapun di Jakarta akan terasa sepi apabila tidak ada Sang Lakon yang dengan setia selalu main ke kost-kostsan . Mungkin ente-ente penasaran (=narketing; kalau pemasaran= marketing-red.), siapa sebenarnya tonggo dhewe tersebut. TONGGO DHEWE bukanlah PerunggU atau PeraK bahkan tidak juga InteN (Pinjam istilahe RAJA GAGAL kanggo harem guwah) tapi ia adalah Ema-S, hadza yang sangat akrob di kalangan selebritis es-em-a sitok. Ente isek gak dari? Berarti ente njabali! Jakarta, Februari 1999
[ AwaKASPO |
Dari Redaksi |
KASPOpini |
PojoKASPO |
KASPOsiana |
KASPOstory |
KASPOkro |
Kaspos Online Copyright � 1999-2000 |