Kaspos 23 Edisi Oktober 1999  
KASPOS

Pemimpin Umum
Mobek

Pemimpin Redaksi
Toni

Wakil Pemimpin Redaksi
Sepeh

Dewan Redaksi
Toni, Sepeh, Banu, Nanung, Amin, Yanti

Grafis
Banu, Coce

Superloper
Tuban: Amin, Hakim, Dafid 
Surabaya: BEC, Brintik
Malang: Dian
Jabotabek: Nanang, Aguk 
Semarang: Tekuk
Solo: Jon Arif 

Penerbit
PT Kharat Multimedia
Percetakan
PT Chita'an Co. Ltd.
Alamat Redaksi
Graha Indah, Jl. Akasia A-3, Bogor 16710
Telepon/Faksimili:
+62 251 660662
Email:
[email protected] [email protected]
Internet:
http://welcome.to/kaspos

Bank:
Bank Danamon Cabang Warung Jambu Bogor
No. Rek. 153.090-02146.9
A.n. M. Zahrul Muttaqin

Harga langganan termasuk ongkos kirim sa'ekhlase wae.
Terbit sa'kobere, untuk kalangan sendiri.

Dari Redaksi

Assalamualaikum Wr. Wb.
“Lho…. Kok Kaspos wis teko maneh !!!” Mungkin sebagian dari Ente ada yang berpendapat seperti itu. Itu disebabkan perkembangan Kaspo Inc. yang harus segera dilaporkan ben Ente-Ente kabeh gak ketinggalan informasine. Toh, kita wajib bersyukur sebab di sela-sela kesibukan kerja, ngurus tanaman lombok, tapi Tim Pelaksana Kaspo Inc. masih sempat untuk membuat laporan yang nantinya dapat Ente baca dan pelajari dan tentu saja diharapkan partisipasi Ente di masa mendatang.

Selain itu adalah banyaknya surat yang masuk, ini menunjukan respon yang positif dari Ente kabeh, sampai menjelang deadline Sepeh dengan penuh semangat ngantar tulisannya untuk bisa dimuat pada edisi kali ini. Mungkin tulisannya kali ini merupakan jawaban atas tulisan-tulisan pada edisi sebelumnya. Di samping itu sebagai Wapemred, Sepeh saat ini merasa lebih percaya diri untuk menahkodai Kaspos, terlebih setelah kedatangan Pemred ke Indonesia.

Kami (Awak Kaspos dan Tim Pelaksana Kaspo Inc.) sangat mengharapkan dukungan, kerjasama dan partisipasi dari Ente-Ente, tanpa itu semua kita tidak mampu menyelesaikan tugas ini. Syukron sing katsir.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Redaksi
 
SuratEnte

Sepurane Nda! (1)
Amin Hariono

Sebetulnya  saya masih ingin tinggal di Tuban dan merawat kebun lombok kita tetapi sepurane sing akeh nda, ternyata keadaan tidak selalu seperti yang kita harapkan dan rencanakan.
Mungkin karena pengaruh suhu politik  yang terus memanas membuat beberapa proyek LSM saya tersendat-sendat sementara tuntutan ekonomi tidak dapat ditahan (kanggo persiapan njuwat Nda, sopo ngerti aku payu) dan permintaan sebeh supaya saya cepet-cepet ndang suhul membuat saya makin terjepit.

Mosok sebeh wis ngetokno fulus kanggo mbandani aku ngangsu kaweruh tok Sukolilo tapi Suroboyo, bareng wis lulus dadi pengacara (pengangguran banyak acara). Karena itulah di sela-sela ngrumat lombok aku nglamar suhul-an dan akhirnya aku diterima, mulai tanggal 1 September aku resmi suhul. Dan kelihatannya aku harus membuktikan kesaktian saya dalam bidang ilmu kimia.

Haq nda...... aku asline gak uenak ninggalno Biyik, Pekyo, Nanung dan sohib-sohib lain di Kaspo Inc., tapi mugo-mugo wae ente-ente menyadari kondisi keadaan saya. Dan saya kira masih ada teman lain di Tuban yang bisa diajak membantu dan justru inilah sebetulnya yang kita harapkan bahwa semua merasa ikut memiliki Keluarga Kaspo, jangan hanya orang-orang itu saja sebab kalau masih begini, tujuan didirikan Kaspo Incorporated tidak akan berhasil.

Dalam struktur Kaspo Incorporated memang ada investor, korlap, konsultan, bendahara, dll tetapi marilah dalam bekerja dan tanggung jawab kita ikut memikul semua dan terus terang saya salut kepada Domi dan Sepeh yang begitu besar perhatiannya kepada milik kita ini, sampai-sampai Domi kemarin telepon ke Biyik kalau dia kangen sekali ingin ikut mencangkul lahan.

Okey......... saya kira sudah banyak tulisan saya dalam Kaspos edisi ke-23 ini dan sekali lagi sepurane sing akeh Nda.......





Sepurane Nda! (2)
Sutikno

Assalamu’alaikum ….
Apa khabar ente semua, well kabeh Nda yo, Amin. Walafuw sakdurunge, ana lagi bisa urun khabar.

Pertama kali perkenankan ana menyampaikan rasa salut serta bangga kepada ente semua. Satu ungkapan yang tak seharusnya terlontar dari orang yang sejak awal sudah menjadi bagian dari Keluarga Kaspo. Maksud ana ungkapan itu adalah sebagai penebus atas kesalahan ana beberapa waktu yang lalu, yang sempat meragukan kebersamaan ana dengan ente semua. Tapi kini perasaan itu sudah terkikis habis hingga tak ada alasan lagi bagi ana untuk tidak mempererat tali persaudaraan di atara kita.

Respon positif perlu kita berikan atas saran Banu, sehubungan dengan makin meluasnya penggemar Kaspos. Adalah suatu kebanggaan yang tak terkira, apabila Kaspos dengan SDM-nya yang tak diragukan lagi, disamping sebagai ajang kalam-kalaman buat kita, juga berisi informasi global tentang pendidikan, ilmu pengetahuan serta sebagai media dahwah, bisa dinikmati oleh warga Tuban ataupun yang berasal dari Tuban tanpa terkecuali.

Terakhir ana ucapkan selamat buat ente-ente atas apa-apa yang telah dicapai. Selamat atas karir, selamat menempuh hidup baru bagi yang baru saja zuwaj, selamat atas kelahiran putra/putri bagi yang sudah punya walad. Selamat dan sukses selalu buat kita semua. Amin.

Bekasi, 20 September 1999



Kaspos Inc. Why Not?
Masjidan

Keberadaan KI (Kaspos Inc.) dalam proyek agro memang bisa dikatakan sangat mengejutkan and gak dinyono-kan, walaupun masih dalam taraf trial, karena masih banyak hal yang mesti dibuktikan bahwa langkah yg ditempuh KI merupakan pilihan yang tepat, ini bukan berarti saya pesimis hanya saja masih banyak hal-hal yang mungkin bisa disentuh oleh teman-teman Kaspo untuk lebih membesarkan KI  ini. Boleh dong kalau saya ikut memberi pendapat yang berbeda. Mengapa demikian? karena kita punya sumber daya manusia yang masih potensial, kita punya sumber dana kebersamaan yang cukup, dan tambahi dewe.

Terus terang saya cenderung "setuju " ide yang dilontarkan Kemul untuk membuat VCD rental misalnya, ini bukan berarti saya setuju (mbulet tho!!), tapi minimal kita bisa melihat untung dan ruginya, bagaimana prospeknya dll. atau misalnya kita membesarkan grup bisnisnya Godar, yang notabene eksis di Tuban, dengan sharing pendapatan yang bisa dirundingkan. Atau barangkali ada teman yang lain yang punya ide yang bisa kita diskusikan bersama, untuk kita realisasikan. Saya sendiri punya ide untuk membuat Cyber Cafe (Warung Internet di Tuban), konsepnya masih  dalam angan-angan, bagaimana menurut yang lain?

Saat ini melalui media kaspos ini saya mengajak semuanya untuk berdiskusi tentang suatu yang realistis, and menghasilkan, jadi bukan sekedar ajang bernostalgia masa lalu, singung menyinggung dan lain -lain. (ini bukan karena saya sudah jadi bapak lho).

Dalam persepsi saya, saat ini kayaknya kita alergi menyinggung bisnis alternatif (mungkin karena kita disibukkan oleh agro kita), tapi semuanya terserah kepada konco-konco semua...... saya kira cukup sekian dan maturnuwun nek dimuat ning kaspos nek gak dimuat yo gak popo.

Tuban, 24 September 1999



KaspoStory

Menjebak
Amin Hariono

Menjebak berasal dari kata jebak yang menurut Kamus Bahasa Kaspos berarti ‘membuat senang dan gembira seseorang tanpa sepengetahuan orang tersebut’. Tapi akhir-akhir ini karena mungkin ente-ente terlalu dhuwur-dhuwur oleh’e sekolah sampek keliru mendefinisikan apa arti kata "menjebak", mergo iku nda......lha nek iso mumpung Gus Pen dadi anggota legislatif ayo diusulno maneh utowo meredefinisikan arti kata "menjebak".

Sebelum ana bukak-bukak Kamus, ana pun sempat tebik Nda.. krungu kalam nek Proyek Kaspo Incorporated sebetulnya hanya menjebak ana, Ayik, Noor Zen, Pekyo, Brin’s, Kemul, dkk. Tapi saiki bareng ana dari opo kamsude "menjebak" ana lagek ngguyu plus sadar opo aseline tujuane proyek prestisius iki.

Khusus buat Sepeh dan Domi tolong kamus’e dibukak maneh, ben ente-ente dari opo maksud’e "menjebak" iku.

Saat HUT Proklamasi ke-54 kemarin, Kaspo Incorporated di Tuban ketekanan sepasang/suami istri terawet sepanjang sejarah Kaspos, sopo maneh nek gak Sepeh karo Domi, walaupun di dalam Kaspos hadza loro iki koyok rival tapi sebetulnya mereka adalah pasangan yang setia. Begitulah, kami di Tuban merasa gembira sekali dengan kedatangan 2 makhluk ini. Dan kami pun sepakat untuk menjebak mereka berdua (tolong baca kembali arti menjebak). Hari Senen 16 Agustus mereka tak ampiri, dengan pakeyan khas mereka (katok-an sak dengkul + kaos ABG) ada baiknya kita memberi gelar mereka "ROJO KATHOK" dari pada Lakon 1 dan Lakon 2. Setelah kalam-kalaman ngalor ngidul plus nggolek sarapan sego pecel kami pun bermusyawarah (menjalankan amalan P4 yang telah musnah) di lahan pertanian lombok Kaspo Inc. di Kelurahan Latsari Gang Lombok (sorry pada edisi 22 kemarin si Noor Zen salah informasi  kalau tempatnya di Latsari Gg I, yang betul yaitu di Latsari Gg Lombok).

Sebelumnya kami  (ana, Biyik, Noor Zen) sepakat bahwa tanggal 17 Agustus akan menjebak Domi dan Sepeh untuk macul (Sepeh sendiri sebenarnya wis Pacul) lahan karo ngisi media. Dan agar mereka terjebak lagi malamnya kami kumpul-kumpul plus yu’kul-yu’kul tok bait’e pak Jauhari. Sayang Brin’s karo Kemul belum dari definisi "menjebak" sehingga 2 Konsultan iki ora gelem teko takut terjebak.

Saat upacara HUT Kemerdekaan RI ke-54 berlangsung dengan khidmatnya di Aloon-aloon Tuban dengan Bapak Bupati Kaji Hindarto sebagai Inspektur Upacara, Domi dengan giat nyepeh-nyepeh ....... eee keliru macul-macul lahan pertanian sedangkan Nanung yang takut hitam koyok Pekyo membantu mengisi media di bawah pohon mangga, dan si Masjidan Saddam yang saat itu kelihatan paling santai (gak ngono Dom!) ngipas-ngipasi Noor Zen mben gak sumuk’en. Matahari pun mulai naik, setelah kami puas terjebak dalam suhulan iki, kami pun rileks sesaat sambil cari minuman yang segar. "Ngombe tok endi nda sing iso memunculkan suasana khas Tuban?" begitu Domi bertanya. Dan Sepeh nrocos langsung "Harga gak masalah nda, sing penting kualitas", begitu gayanya Sepeh yang saat iku kelihatan paling loyo dhewe. "Ini pas dengan tujuan ana", begitu dalam batin Biyik. Perlu diketahui oleh Keluarga Kaspo  yang lain kalau Biyik kita ini baru naksir berat sama kharem yang jualan es ental/siwalan sebelah utara perempatan Sambong yang terkenal itu. Langsung wae Biyik memberi usul "Piye nda, lha nek nge-srup tok Sambong, ngombe es ental dengan wadah batok’e klopo, juga sing ngedoli guah , nayamul nda !!!"

Untuk menyenangkan teman yang baru sembuh dari sakit kena ambien ini kami meluncur ke sana. Tapi sayang, di sana sudah penuh dengan laki-laki  yang selalu memadati kadai kecil itu. Dari mimik Biyik jelas terlihat kekecewaan, tapi kami terus menghibur masih ada kesempatan esok hari untuk mampir di kedai siwalan tersebut. Dengan muka agak cemberut, Biyik akhirnya mengiyakan kalau tempat santai kita pindah ke warung di Terminal Bis Tuban.

Begitulah acara menjebak Domi dan Sepeh yang dolan ke lahan Kaspo Incorporated dan sore hari juga kami lanjutkan kembali dengan kehadiran ibu guru Ariani yang membantu mengawasi. Wah pokoknya hari itu, sangat menyenangkan sekali dengan adanya lahan tersebut, kami merasa seperti SMA dulu, guyon, macul, bekerja dan kluyuran bareng-bareng. Karena itu pastikan ente-ente terjebak dalam Kaspo Inc. dan sering-sering dolan untuk nyambangi lahan kita. Ingat sekali lagi cari tempatnya di Latsari Gang Lombok. Kami menunggu kehadiran ente semua.

Salam menjebak



Lombok Menggugat Lakon
Amin Hariono



Seperti yang sudah tak tulis tok "Menjebak", selama 2 malam, 2 makhluk yang mengklaim dirinya ‘Lakon’ kelabakan ke Tuban untuk mencari pengaruh dan dukungan di Tuban dengan jalan memberi pertimbangan begini begitu kepada Kaspo Incorporated.

Begitu gencarnya bonos mereka, tapi kami di Tuban sulit, bahkan tidak akan bisa terpengaruhi, sebelum mereka secara nyata membuktikan dedikasi dan loyalitasnya kepada Kaspo Inc. Dan dalam 2 malam itu juga, kami akhirnya mengambil kesimpulan bahwa kedua makhluk hidup itu belum bisa diberi gelar "LAKON" baik 1 atau 2 (cocoknya ya .... "Rojo Kathok" wae nda !!!!).

Untuk yang pertama, saya akan mencoba menganalisa Sepeh. Pada tanggal 16 Agustus pagi hari saya coba mendatangi rumahnya, ternyata dia baru saja datang dan saat itu dia tidak ada di rumah karena sedang membeli CD (kamsude kampes, bukan Compact Disc). Di sini terlihat nyata hadza iki selama di Betawi nggak pernah nganggo kampes. Dan untuk menutupi kelemahan dan kekurangannya ini, begitu ndekek tas tok omahe langsung nggolek kampes. Syukurlah feelingku kuat, pas esok iku aku koq yo kroso nek Sepeh teko. Dadi aku oleh informasi soko bateh’e nek Sepeh  memang nggak tau kampesan. Lha mosok ono Lakon koq gak tau kampesan? Sayang lombok kita masih kecil-kecil (mungkin dhuwure imbang karo Toni), seandainya lombok kita sudah besar dan tingginya melebihi Toni, mereka akan menggugat eksistensi kelakonane Sepeh.

Kelemahan yang kedua dari Sepeh, tampak saat kami diajak mengantar beli kampes di Sidodadi. Sangking gak ngertine piye toh bentuk’e kampes iku, hadza iki munyar-munyer nggoleki. Bareng ditakoki karo penjagane barang-barang bagian dalam, dia dengan sok yakin meminta diambilkan kampes yang jeans merk ‘Lea’. Mungkin dia ingin membuktikan kepada kami, bahwa tidak rugi dia lama di Jakarta kalo nggak bisa beli kampes merk terkenal walaupun itu tidak tampak dari luar. Tapi sayang, maksud baiknya ora pantes oleh julukan ‘lakon’.

Bukti ketiga yang menyulitkan posisi Sepeh sebagai lakon adalah ketika anggota Kaspo Inc. mengunjungi lahan perkebunan milik Bapak Joko di perumahan JGC. Memang pada pintu masuk dan kaos yang dipakai pak Joko ada gambar PDI-P. Ngesup ini Sepeh basa basi bosok dan sok akrab dengan pak Joko sambil mbonos: "Pak, lahan  ini milik PDI-P ya?, sama dengan saya, saya pun anggotanya dan dalam pemilu kemarin saya juga nyoblos no. 11". Tetapi bagai disambar petir pak Joko menjawab tidak sesuai dengan yang diharapkan: "Sorry cong, saya memang simpatisan PDI-P tapi jangan hubungkan lahan ini dengan Partai tersebut dan dengan kamu, sebagai anggotanya walaupun anggota yang paling tidak potensial !" Mendengar jawaban yang cospleng tersebut kami ngakak nggak karuan sampai-sampai Domi terpingkal-pingkal dengan memegangi perutnya yang nggak tahan ngesup Sepeh wajahe abang biru ngempet hayak. Dan setelah usut punya usut memang Sepeh termasuk anggota Parpol yang hanya ikut-ikutan alias nggak ndhuwe pendirian. Kartu anggota pantainya pun ditulisi "tidak berhak mempunyai hak suara apa-apa di dalam Partai kecuali bila Partai membutuhkan sebagai sukarelawan atau tumbal wajib dan  mentaati tanpa syarat!"

Dulu saat Golkar menang, dia pun juga ikut daftar sebagai anggota. Begitulah, di mana Partai yang kelihatan besar, dia akan secepatnya mengklaim bahwa dia anggota Partai tersebut. Dari ketiga bukti ini (tentunya masih banyak bukti lain), layakkah sebangsa Sepeh ini mendapat julukan ‘Lakon’? Kami sebagai pengelola Kaspo Inc. di Tuban telah bulat mengambil suara untuk mencoret Sepeh dengan gelar lakon. Dan monggo sampeyan-sampeyan dan ente-ente kabeh memberi pendapat, tapi untuk Toni "Bocah cilik nakal" karena mengingat meterane masih cekak belum boleh ambil suara. Dan untuk Toni kalau tahun depan pulang ke Tuban, jangan lupa langsung njujuk lahan untuk membandingkan dengan pohon lombok, lebih cepat mana pertumbuhannya. Kalo memang kalah cepet, kamunya bisa cepat-cepat call ke Pekyo untuk minta pupuk, O.K. khan?

Untuk  yang kedua, giliran Domi shohib kentel’e Seko Robot. Dan untuk Domi ini, hanya satu bukti yang bicara sudah menggugurkan pengakuan dirinya sebagai ‘lakon’. Karena satu ini sangat mutlak dan berhubungan dengan aktivitas yang lain, yaitu ora kuat melekan. Pada malam yang pertama (bukan malam pertama pengantin) antara makluk yang mengklaim lakon yaitu Sepeh dan Domi menantang kami, Kaspo Inc. melekan di bait saya, Sukolilo. Walaupun saya hanya didampingi Biyik yang baru sembuh dari sakitnya, Domi ternyata kewalahan menghadapi tiupan setan di matanya. Baru beberapa jam kalam ngalor ngidul, sekitar jam 01.00 dini hari, Domi sudah ngajak yamsi-yamsi tok pasar sambil cari wedang kopi untuk nyengkal mripat. Dan baru bertahan beberapa menit dengan alasan klasik semasa SMA dulu, opo maneh nek gak loro weteng plus kudu toyir, Domi minta maaf pamit rejak. Dikharati koyok ngono, ana saiki wis pinter sak jek dadi Korlap Kaspo Inc. langsung ngguyu tok njero ati. Ealah.....Dom! Dom!! Bu Widi atau Gasrukan dulu mudah mbok kharat-i, bareng ana-ana iki sing wis bolak-balik mbok kharati ora ngarah percoyo blass!!!!

Di hari kedua, dia pun kembali ngajak melek’an maneh saat itu saya njarak untuk nggak metu omah, mergo isuke bar kesel memperingati HUT Proklamasi dengan macul tok lahan. E... ternyata Domi dan Sepeh  nggolek goro-goro mendatangi ana untuk menantang kembali menjadi vampire. Di samping itu, Domi juga punya niat untuk pamer gambar sing tok dompete dengan mengaku-aku bahwa hadza ini kharem anyar omahe Kraksaan utowo gak Krasan aku gak ngerti. Tapi dengan pengalaman saya yang sudah menahun-nahun, saya tahu bahwa gambar iku oleh’e Sepeh soko Jakarta sing dikekno Domi. Dan Sepeh sendiri mengakui bahwa tiap datang dari Jakarta, dia selalu nggunting gambar kharem tok majalah terus dikekno Domi supaya dipasang tok dompet.

Kembali ke masalah awal, malam itu seperti biasa Domi dan Sepeh kalau mertamu ke rumah orang nggak pernah salam atau kulo nuwun, tapi cukup dengan mengandalkan congor’e sing koyok coronge loudspeaker: "Min....... Amin.....!!!" 3X. Saat itu aku kaget, asune sopo iki koq njegog banter tenan, tapi koq pinter iso nyeluk jenege wong. Bareng jendela kamarku tak buka, ndilalah ndadak makhluk loro iki. Dengan kebiasaan lama juga, Domi nyekeli wetenge, "Min hawane Tuban uadem Nda..saiki, ayo mlebu kamarmu wae sambil kalam-kalaman pasti unus!" Dan melekan pun segera dimulai, tapi baru sekitar jam 23.00 Domi sudah ngorok ngeloni guling tok kamarku.

Dan akhirnya dengan kejadian ini, aku wis emoh ngakoni makhluk loro iki lakon, seandainya lombok kita sudah besar, lombok pun akan menggugat eksistensi kedua makhluk yang mengklaim dirinya ‘lakon’ itu!!!


PojoKaspo

Buwo…sok, Tenan…
Banu Adam



"Nda, ente sakbenere feeling ora karo tonggo dhewe?"
"Mosok gak feeling blas nda, wis lah pirang persen ente feeling'e karo tonggo dhewe. 50%, 20%?"
"Sing penting ente feeling ndisik, pokok'e bers..lah karo ana. Tonggo dhewe saiki wis akeh perubahane, bedo karo jamane SMA mbiyen."
"Pokok'e ana wis ngerti siapa sih tonggo dhewe itu, memang gayanya modis, penampilannya kayak artis (walaupun sebatas artis RKPD), apalagi dulu waktu SMA termasuk selebritis, tetapi dibalik itu semua tersembunyi hati yang…….... wis lah sing pasti bers-bers. Dibandengno karo Vita di Perbon, jaauh Nda…."
"Khan selama ini nek ana yamsi-yamsi karo tonggo dhewe, harim sering cerito masalah pribadine, masalah keluargane".
"Wis tho pokok'e tonggo dhewe sering curhat karo ana, jadi ana tau hampir semua tentang tonggo dhewe, njobo njero nda!"

Memang ada perbedaan persepsi yang tajam antara tonggo dhewe karo ebes'e, yaitu masalah rejal yang baik, baik apanya?  tampang nggak masalah, body bisa dibentuk, umur tuwek sithik nggak masalah-lah, tapi pribadi? inilah yang jadi masalah.

Bak air bah yang tak bisa di bendung semua uneg-uneg itu ambrol dari lambene Sepeh, ana tertegun, ana nggak dikasih kesempatan sama sekali untuk ngomong, bahkan untuk bernafas sekalipun. Mungkinkah Sepeh lagi panik, stres atau lagi mendhem? koq sohib kita ini begitu gelisah.

"Pribadi yang baik itu, yang gimana? baik menurut siapa? baik apanya?" Ya ‘pribadi’ memang menjadi masalah bagi kita semua, karena selama ini pengertian pribadi itu sangat subjektif. Pribadi yang baik menurut sebagian orang, adalah orang yang bener-bener mapan pribadinya yaitu apabila punya mobil pribadi, rumah pribadi, sekretaris pribadi, deposito yang lumayan dan yang lainya yang cenderung ke arah materi, mungkinkah apabila orang itu sudah mapan otomatis punya pribadi yang baik? Karena apabila kita mendengar kata mapan, maka yang terlintas di benak kita adalah mapan dalam arti materi.

Tetapi bagi sebagian orang, pribadi yang baik adalah menyangkut gaya hidup, kemandirian dan  kedewasaan dari pola berpikir orang bersangkutan. Tingkatan kedewasaan itu sendiri dari tiap-tiap orang selalu berbeda, karena ini dipengaruhi oleh bagaimana sudut pandang kita melihat permasalahan, belajar dan bagaimana mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar kita serta seberapa besar masalah yang pernah kita hadapi, dan bagaimana kita mensikapi permasalahan dari kehidupan itu sendiri.

Apakah kita akan mensikapi kehidupan ini dengan penuh keruwetan/mbulet, rewel dan penuh dengan formalitas-formalitas yang hanya mengutamakan kulit daripada isi, atau kita mensikapi hidup itu dengan sederhana dan semeleh. Karena kehidupan itu sendiri sebenarnya sudah begitu kompleks. Jadi semua itu tergantung yang mana pilihan kita.

Ada suatu kisah seorang ahli bahasa terperosok kedalam sebuah sumur kering. Ia tak bisa naik. Ketika tampak olehnya orang bertopi melongok kebawah, ia berteriak minta tolong.

"Tolonglah, keluarkan aku dari sini."
"Oke," jawab orang bertopi itu. Ia seorang sufi yang bermaksud mencari air minum."Tunggulah sebentar, aku cari tali dan tangga," kata sang sufi lagi.
"Husy, logika bahasamu salah," teriak sang ahli bahasa. "Seharusnya kau bilang tangga, baru kemudian tali," katanya lagi.

Sufi kita yang biasa berpikir tentang hakikat, tertegun sejenak.  Ia menyadari betapa tak mudah berurusan dengan orang yang bisa cerewet mengenai persoalan "kulit" dan mengabaikan terhadap perkara "isi". Tapi kemudian ia menyahut lagi.

"Baiklah bung, kalau dalam keadaan darurat begini kau masih mengutamakan kaidah bahasa ketimbang keselamatan jiwamu, tunggulah lima tahun di situ sampai saya kembali sebagai ahli bahasa."

Sang sufi kemudian melangkah anggun menjauhi tempat itu dan tinggallah ahli bahasa kita, termenung-menung menyesali orientasinya yang sering kelewat teknis dalam menghadapi persoalan hidup yang kompleks dan warna-warni ini. Diakui atau tidak kisah di atas sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, atau bahkan hal itu sudah menjadi orientasi-orientasi yang selama ini kita tekuni dan kita yakini, entah itu kita lakukan secara sadar atau tidak.

Yang jadi pertanyaan adalah bisakah ada titik temu/kompromi antara dua perbedaan sudut pandang tersebut. "Ini merupakan sebuah tantangan bagi ana nda…." bisik Sepeh. Obrolan-obrolan di atas, begitu jelas terbayang kembali di benak ana, setelah sekian lama berlalu, hal ini terjadi sesaat setelah ana membaca tulisan Domi di kaspos edisi 22. Memang ana sempat terpana dengan tulisan itu, mungkinkah Sepeh curhat sama Domi  sedemikian rupa, apa bener ana dianggap saingan sama Sepeh? ataukah ini hanya rekayasa dari Domi saja? Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di kepala ana.

Dari pertanyaan-pertanyaan di atas ana mencoba menganalisa sendiri kebenaran dari tulisan Domi, karena kalau ana konfirmasi sama Sepeh koq kelihatannya sia-sia, pasti jawabannya bers-lah…bers-lah…nda. Karena sohib kita ini "rojo topeng", dimana ia bisa dengan cepat berubah, dari ngakak menjadi wirang itu hanya dibutuhkan waktu kira-kira 3 detik. Ini bisa terjadi karena topengnya itu berlapis-lapis, dibalik topeng itu terdapat topeng-topeng yang lain.

Yah, detik pertama Sepeh wirang, detik kedua ngakak dan detik ketiga wirang maneh. Dan itu terjadi berulang kali dalam beberapa edisi Kaspos. Ya Sepeh memang hebat, belum ada di dalam sejarah Kaspos seseorang menjadi sorotan dan berita utama terus menerus dalam beberapa edisi, mungkin hanya satu orang yang bisa menjadi saingan beratnya Sepeh, yaitu A.A. Baramuli ketua DPA yang sering menjadi berita di media massa.

Kalau memang Sepeh benar-benar curhat sama Domi dan ana dianggap sebagai saingan, itu suatu surprise bagi ana. Padahal selama ini ana beranggapan bahwa itu semua hanya ilmu saneponya Sepeh, ternyata dianggap serius. Karena ana tidak menduga sama sekali bahwa ana bisa bikin Sepeh  gelisah dan tidak percaya diri, padahal selama ini sohib kita ini mengklaim dirinya sebagai lakon, harim mana yang tidak mengenal Sepeh, mulai dari ujung jalan Manunggal sampai Merakurak , mBejagung sampai Boom pastilah tahu Sepeh.


"Mungkinkah karena gelisah Sepeh harus meluangkan waktu khusus rejak ke Tuban semata mata untuk wadoel sama Domi?" dan harus mengatur strategi yang konyol, benar-benar heboh sohib kita ini. Tapi sayang beribu-ribu sayang, sementara Sepeh gelisah dan harus mondar-mandir Jakarta-Tuban. Ana tenang-tenang saja, karena memang ini di luar perkiraan dan tidak pernah terlintas sedikitpun di benak ana.

"Mungkinkah hanya karena tonggo dhewe pernah jadi teman satu kelas waktu SMA dulu dan waktu SD jadi teman satu bangku, sehingga Sepeh begitu GR’nya ana dianggap sebagai saingan?". Kalau memang begitu ini akan repot sekali, karena bisa-bisa semua orang yang main ke tonggo dhewe, ngobrol karo tonggo dhewe, bahkan bisa-bisa pak pos yang biasa nganterin surat juga di anggap feeling dan merupakan saingan yang perlu di waspadai.

"Apakah ini terjadi, karena dengan adanya kasus Pok2 Dem2 yang pernah menimpa sohib kita, Udim?" sehingga Sepeh harus berprasangka terhadap sohib dhewe, Sokran sing ngerti. "Bukankah pok2 dem2 itu terjadi karena kurang terbukanya sesama sohib?" Memang belajar dari pengalaman itu baik, tetapi yang kita pelajari itu apanya? Entahlah semua kebenaran itu hanya Sepehlah yang tau, apakah itu benar-benar dari curhatnya Sepeh ataukah semata-mata hanya hasil rekayasanya Domi. Sekali lagi hanya Sepehlah yang tau.

"O ya ana jadi ingat sama komentarnya Bancoce sohib kita, setelah mbaca tulisannya Domi, waktu ana main ke kostnya di Yogya beberapa waktu yang lalu yaitu cukup singkat, "buwosok  tenan awak’e Sepeh diwirangno karo Domi" dan "Domi pacen buwosok, mosok bojo dhewe diwirangno." Jadi kesimpulannya adalah antara Sepeh dan Domi, podho-podho buwosok’e… !

Jakarta, 9 September 1999



Kaspopini

Anak Kecil Itu....
Nursiyanti

Ana kenal dengan Toni hampir 1 tahun yang lalu lewat email dan photo. Sebelumnya ana kenal nama Toni tapi bukan Toni yang ini, biarpun orangnya gedhenya mungkin se-Toni yang ini juga. Sebab di SMA dulu toh banyak yang bernama Toni (dadi gak cumak jeneng Yanti, Tom sing akeh!!!). Mungkin benar apa yang dikatakan Mbahe Amin kecil orangnya, tapi toh kemampuan dan kesempatan yang dia punya  lebih besar dari ukuran tubuhnya sendiri. Bahkan keberanian dia segera zuwaj mengalahkan keberanian Lakon Sepeh maupun Lakon Domi yang sampai sekarang hanya menebar jala tapi nggak pernah khasol.

Kalo dilihat dari asal usulnya dia bisa sekolah di Belanda karena lulusan IPB itu mungkin  sudah seharusnya, dari SMAN 1  itu sudah wajar, dari SMPN 3 itu sudah lumrah, justru ternyata dia alumni SD Kalitempe (ana gak dari SD Kutorejo piro, sing jelas lokasinya di perempatan Kalitempe, makanya sering disebut SD Kalitempe)  itu membuat ana kaget. Bukan bermaksud menyepelekan SD Kalitempe, tapi karena ana tau reputasi SD Kalitempe di zaman kita dulu. Ana dadi kelingan jaman SD, karena kebetulan rumah ana cedhak Kalitempe, ana kadang mendapat ancaman dari sebeh, kalo nanti tidak naik kelas, kalo nanti hasil ulangan jelek, akan dipindahkan ke SD Kalitempe saja. Nah.... lho, ana gak gelem sekolah di SD Kalitempe, sekolah karo dolanan ning pinggir kali, ha..ha.... (gak oleh tebik, Tom!)

Lha nek tibak’e Tomi lulusan SD Kalitempe, ini bener-bener di luar dugaan ana, mungkin ini akan mengubah image SD Kalitempe (paling gak di mata ana), yang dulu dianggap SD tidak bonafide ternyata bisa mencetak alumni sekelas Tomi, apalagi sekarang lokasi sekolahnya tidak lagi di perempatan Kalitempe dan sekarang kalinya gak bau lagi (opo hubungane???).

Ana ketemu langsung (tatap muka) dengan Tomi baru 3 bulan yang lalu, saat dia datang dan mampir ke Jakarta sebelum terbang kembali ke Pontianak. Saat ketemu yang ada di batin ana cumak "Lho kok cilik bocahe" pantes waktu njemput di bandara Mobek dan Sepeh susah nggolekine, ternyata dia nyelip diantara TKI dan TKW yang memang orangnya gedhe-gedhe dan kekar. Sebab selama ini ana cuma tau dari photo. Tapi untuk selera guyon masih tetep tinggi  seperti kalo nulis email, masiyo wajahe tetep melas (jarene Mobek wajahe ente tetep melas masiyo lagek guyon/seneng). Coba nek saat itu ana complain, ente mesti ngeles "lha... ana urip dengan separo nyawa,Yan !!!" padahal sudah dari sananya wajahe ente melas!!

Demikian juga saat dia harus kembali untuk melanjutkan study-nya, setelah 2 bulan di tanah air, ternyata 2 bulan  liburan tidak membuat dia bertambah besar. Saat akan berangkat tak kiro Tomi akan membawa berkoper-koper bawaan seperti layaknya orang yang berangkat/datang ke/dari luar negeri (mungkin juga termasuk TKI), tiba’e Tomi cumak nggowo 1 koper yang ukurannya tidak terlalu besar  (semoga ini bukan karena ente takut gak kuat ngangkat). Pengen tau isi kopernya Tomi? Dia sempat noto-noto koper sebelum berangkat ternyata isinya sandal jepit beberapa pasang (ojo di dol maneh lho, Tom !!), jajan nastar buatan istri tercinta, sambel/bumbu pecel buatan mertua sampek hansaplast gawe nek babak belur pas balbalan, lha... bukune endi? ngakune tugas belajar tapi gak  nggowo buku , piye toh... Tom??

Sekarang mungkin Tomi sedang belajar, balbalan atau mungkin sedang regut sebab udara dingin enak buat regut (bener gak Tom?), atau sedang mendendangkan lagu "Menghitung Hari" nya Krisdayanti (senen, selasa, rabu kamis, jum’at, sabtu, minggu itu nama-nama hari- sopo ngerti ente lali Tom!)  tapi ingat seluruh keluarga Kaspo selalu menunggu tulisan-tulisan  dan ide-ide ente. Selamat belajar dan sukses buat ente dan keluarga.



Kasposiana

RUU PCN
Priyo Kusambodo

Nda, Assalamu’alaikum….

Mungkin nggak banyak yang dapat ana laporkan kondisi Tuban selama 3 hari ana rejak. Ana yakin bu kaji Nanung akan melaporkan perkembangan detik demi detik. Yang pasti selama 3 hari itu ana kagum karo semangate ente-ente dalam proyek "Kaspo Inc". Terutama pada saat "royok’an" mek-mekan keat jaran (red: lho… Peh! opo gak keat sapi sing bener sing endi?). Di situ juga ana melihat bagaimana Pekyo karo Mbahe Amin begitu ‘bernafsu’nya mek-mek keat jaran tadi. Mungkin dalam otak hadza iki yang terbayang bukan keat jaran, mungkin hadza iki lagek bayangno iklane ‘Long Beach’. Sokran sing ngerti.

Sibuknya bu Kaji Nanung ngurusi ‘Lombok’ mengakibatkan rubrik yang biasanya diasuh jadi ketlarak (Unekaspo … nda!!!!). Walhasil dapat ditebak, bu kaji Nanung njaluk tulung neng ana. Dengan senyumnya dan kedipan matanya yang khas, ana nggak kuasa menolak permintaannya.

"Peh, tulung ente asuh Unekaspo untuk edisi bulan ini saja. Edisi selanjutnya mbalik ning aku maneh. Ente kan ngerti aku lagi repot ngurusi lombok karo ngurusi Gus Pen". Demikian permintaan bu Kaji Nanung ke ana.

Ana yakin ente-ente (para kaum rejal), bisa dipastikan nggak akan sanggup mengatakan "TIDAK"  demikian juga ana, dalam hati kecil (yang berhubungan dengan iman) mengatakan ……"nggak  ah….!!!" ……"jangan ah!!!!". Berhubung kiwo tengen, ngisor dhuwur ana dikrubungi ‘prewangan’, yang secara nggak langsung mempengaruhi alam pikiran ana. Akhirnya jawaban "ya..ya..ya……." keluar dari mulut ana.

Tugas ana kali ini dikongkon bu Kaji Nanung untuk men-design RUU-PCN  (Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Congor Nganggur). Congor nganggur menurut bu Kaji Nanung yang mesti diberangus adalah NICO dan DOMY congor’s. Mungkin kalau congor Nico nggak perlu diberangus, karena ana menganggapnya belum begitu berbahaya, cukup ditabrakno dadanya ‘TUTUK’ (anak’e Guru Bahasa Inggris SMP 1). Nic, ana yakin ente isih eling peristiwa iki!!!

Bagaimana dengan congor Domy? Sing jelas congor hadza iki rodhok mempan diapakno wae. Pernah beberapa kali ana tubrukno dada Samini (kharim SMP 1) bukannya kapok tapi malah pengen nambah. Bolehlah sekarang kita kita nyebut ‘congor rai gedhek’. Untuk masalah yang satu ini, yang dapat ana design adalah dengan menyemburkan sesuatu dari mulut, cukup di-idoni wae. Tapi anehe wis di-idoni sopo wae, tapi congore isih tetep iso cluthak. Ana hampir putus asa dengan design yang ana buat.

Khabar terakhir yang ana dengar dan cukup menggembirakan bagi kita semua adalah ‘congore di-idoni adik’e mas Nan. Yang ini mungkin agak ‘mujarab’  terbukti saiki congore wis iso diajak khoyir sing apik-apik. Cuman mungkin pas di-idoni adik’e mas Nan, nggak pas sesuai dengan sasaran. Akibatnya di sekitar congor sedang ditumbuhi penyakit ‘bereng’ cukup nggilani  memang tapi ente-ente nggak usah sak’ake. Karena agaknya Domy cukup bangga dengan dengan congornya yang ‘berengan’ itu.

Dom walafuw. Bers Peh!

Jakarta, 24 September 1999



AlamatEnte


Amin Haryono Yayasan Pendidikan  Bhakti Husada dan Bhakti Wiyata, Jl. KDP Slamet A.1/17-19 Kediri Dian Siti A. Nugroho Pondok Blimbing Indah A-5/15, Malang. Tel: 0341-489490
Emi Handayani Perum Blimbing Indah Blok P1 No. 47A Malang Muhammad Arif Murya Indah, Jl. Kawi II Blok B No. 410 Kudus. Tel. 0291-35278
Masjidan Jl. Bambu No. 11, Perumnas Tasikmadu Permai, Tuban Toni Bakhtiar Korvezeestraat 405, 2628 DT Delft, The Netherlands. Tel. +31 15 2571788


BeritaKaspo



Seluruh Keluarga Kaspo mengucapkan selamat berbahagia atas kelahiran putra pertama dari Masjidan

M. Ihsanul Amal
8 September 1999

Semoga menjadi anak yang sholeh dan berbakti pada orang tua. Amin.