Halaman Depan

AwaKASPO Dari Redaksi KASPOpini PojoKASPO KASPOsiana KASPOstory KASPOkro KASPOsideline

SwaraKASPO DowoUmure WartaKASPO

KASPOS Edisi Lama
   

Kaspos 20 Edisi Pebruari 1999


KASPOkro

Fotone Yanti Nursiyanti

Kaspos Go Public?


Tidak terasa hampir 8 tahun kita meninggalkan SMA Sleko (yang khabarnya sekarang menjadi SMU, tapi ana lebih suka menyebut SMA), tapi baru kira-kira 1 tahun yang lalu ana tahu kalau ada majalah/tabloid/buletin atau apalah istilahnya yang diterbitkan oleh alumni 3A.1.1, yang walaupun diterbitkan sak kobere tapi ana rasa cukup untuk pengobat rasa kangen terhadap teman-teman, kenangan sewaktu sekolah, guru-guru, terhadap kota Tuban maupun terhadap musuh ataupun saingan. (Buat Nanang, kamu jangan hanya melihat isinya saja tapi lihat juga tujuan kenapa ada Kaspos, bener nggak, Rul?) (Bers --red).

Bagi ana sendiri "Kaspos" telah menyadarkan ana bahwa ternyata selama ini ana Kuper. Selain hadza-hadza 3A1.1 banyak yang nggak ana kenal (sorry Bom, Tom t ermasuk Ente, padahal Ente berdua termasuk orang terkenal walau bukan selebriti), juga bahasa yang mereka pakai cukup asing di telinga ana, sampai - sampai ana butuh penerjemah (Syukron Katsir, Tom atas bantuannya!). Ternyata tidak cuma bahasa yang berubah, nama-nama orangnya pun banyak yang menyimpang dari aslinya, sehingga itu juga menyulitkan bagi ana untuk mengenali/mengingat mereka. Tapi cukup lumayan dalam 1 tahun ini, ana mulai dapat mengenal mereka (dimulai yang di Jakarta & Bogor, yang di lain tempat semoga bisa di lain waktu).

Ana cukup salut dengan kekompakan kalian semua. Mungkin (hampir pasti) satu- satunya kelas yang masih memelihara tali silaturahmi dengan selalu berkirim khabar dan secara rutin mengadakan acara kumpul-kumpul (semoga ini pun bisa ditiru oleh kelas yang lain).

Sekarang ini yang ana tahu dan baca, kenapa yang aktif nulis cuman Mobik, Sepeh & Toni sesekali Domi dan Nanung. Bagaimana dengan lain? Katanya dulu banyak yang pada kirim tulisan lama-lama jadi enggak ada (sebab ana nggak tahu, cuman sekarang pengen juga membaca tulisan yang lain). Mungkin hadza-hadza sudah sibuk dengan suhulannya atau keluarga barunya (bagi yang sudah berkeluarga), tapi bagaimana dengan Mobik dan Toni yang telah merintis menerbitkan Kaspos? Bagaimana kalau Kaspos nggak terbit lagi? (Semoga Toni & Mobik nggak lengser ke prabon tanpa melakukan suksesi terlebih dahulu atau dia mau lengser nunggu di demo?) (Tenang Yan, selama Sepeh belum zuwat, masih ada yang diandalkan-red.). Seperti saat ini, ana nulis karena atas permintaan "Pemimpin Umum" (minta atau maksa, Bom?) (bers pokok-e -red.), walaupun ana juga nggak tahu mesti nulis apa, tapi ana coba dan oleh "Pemimpin Redaksi" pun ngasih ijin (sorry Peh......ana gak ijin Ente!) (Sa'akene eh Sepeh!!-red.). Sebelumnya ana nanya ke Toni, apakah selama ini Kaspos menerima tulisan dari luar (partisipan)? Dijawab oleh Toni bahwa selama ini Kaspos menerima tulisan/naskah dari partisipan. Apakah itu berarti Kaspos sudah "Go Public" sejak awal? Ataukah baru akhir - akhir ini setelah tulisan-tulisan Ente- Ente jarang yang masuk? Disini ana pengen ngajak Ente-ente untuk kembali rame-rame menulis untuk Kaspos. Apakah Ente-ente nggak takut kalau justru tulisan dari partisipan lebih mendominasi Kaspos (bukannya nakut-nakuti cuman daripada Mobik maksa plus pakai ngancam orang lain untuk nulis!). Berikut ini sedikit laporan kegiatan yang bisa ana liput:

Zuwaj-nya Nanang

Akhirnya Nanang mengakhiri masa lajangnya, yang dia bilang modalnya Bonek, sebab menurut dia ngedeketin calon istrinya itu membutuhkan perjuangan yang panjang dan melelahkan terutama saat berhadapan dengan Bapaknya yang khabarnya lumayan galak. Ternyata kenekatan Nanang membuahkan hasil (nggak sia-sia dia merantau dari Prunggahan ke Jakarta), akhirnya dapat juga yang namanya DIANA (menurut cerita, obsesi dia sejak SMA adalah pengen punya harim bernama Diana), bener enggaknya coba tanyakan pada temen sebangkunya.

Acara Resepsi pernikahan diadakan pada hari Minggu tanggal 31 Januari 1999, di rumah Diana di Taman Cibalagung, Bogor. Karena acaranya diadakan di Bogor, maka kita kumpul di markas besar Kaspos. Sebetulnya yang diundang Keluarga Kaspo, berhubung ana kenal Nanang (Ape ngomong nduwe kisah zaman es-em-pe wae isin Yan-red.) , jadi ana ikut datang dan beberapa teman yang nota bene bukan warga Kaspo ikutan juga biar rame, tak lupa adik-adiknya Mobik juga diajak serta. Jangan heran, kalau pada saat datang ke zuwajnya Nanang pada dandan rapi, terutama Sepeh sing mbela-mbelani semalaman nggarisi kemeja sebab dia pengen ketemu sekaligus kenalan dengan harim tetangga Diana, yang pernah dia lihat sebelumnya yang dia bilang cantik (padahal Sepeh cuman ada dua istilah untuk harim: cantik atau cantik sekali). Bisa kebayang nggak, siang-siang berangkat naik anglot tapi pada pakai jas lengkap dengan dasinya, ana yang ngelihat saja gerah, gimana dengan yang pakai? Ternyata di sana Sepeh tidak berhasil kenalan dengan itu harim (tenang Peh.....cari yang lain saja !!!!). Tiba saat kalam-kalaman, hadza-hadza merasa kurang lengkap tanpa ditemani dokhan dan segelas gahwa. Akhirnya dengan keberanian seorang lakon, Sepeh minta dibuatin gahwa sebanyak lima gelas (kayak di warung aja Peh.....) sementara dokhan-nya modal sendiri-sendiri. Untungnya juga Nanang cukup tahu kebiasaan sohib-sohibnya. Tapi betapa kecewanya saat gahwa keluar, pembokatnya (baca: pembantu-red.) clingak- clinguk nggak tau siapa yang minta gahwa, dan langsung saja ditaruh dimeja tamu. Tidak lama ditaruh langsung diambil oleh orang-orang yang tidak kita kenal, maka meratap sedihlah Sepeh dan kawan-kawan. Karena takut Sepeh semakin sedih akhirnya Mobik ngajak pamit dan segera rejak. Mobik pun yakin bahwa sebelum rejak pasti ada acara photo bareng pengantin (nggak jelas juga pengen photo dengan Nanang atau dengan Diana?) (sing jelas ora bareng Widji nda!-red), ternyata........blas nggak ada tawaran diphoto, padahal sebelumnya sudah kebayang kalau akan dipasang/dimuat dalam Kaspos (lain kali kalau ada acara perlu bawa kamera sendiri, Bom!). Akhirnya kita kembali ke Maskas Besar Kaspos, dengan beberapa kegagalan (tapi nggak usah kuatir Nang.......kita nggak kecewa kok !!!) (Cumak misuh-misuh diamputt-red.).

Halal Bihalal Pawarta Tuban

Acara ini diadakan bagi warga Jakarta (Jabotabek) asal Tuban. Yang pengen ana ceritakan bukan acaranya, tapi ana ingin ngajak Ente-ente yang ada di Jabotabek untuk ikut serta acara tersebut di tahun-tahun yang akan datang. Selain kita bisa ketemu hadza-hadza juga tidak akan selalu diingatkan akan kampung halaman dimana kita dibesarkan. Karena di acara tersebut kita dapat bersenang-senang, bernostalgia, bertemu teman, kerabat dan yang pasti dapat makan siang dengan menu khas Tuban.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Mobik datang ke acara tersebut tanpa dibuntuti adik-adiknya yang jumlahnya cukup banyak (Ah ente terlalu hiperbolis Yan-red.). Nggak jelas alasannya, Mobik pengen bebas (nggak mau momong, padahal mereka nggak ada yang minta gendong lho....!!!) atau ada sebab yang lain. Herannya lagi adik-adiknya juga nggak ada yang datang padahal menurut Mobik mereka sudah dikasih tahu (kayaknya untuk tahun depan tugas Mobik untuk kembali momong mereka). Saran ana buat hadza-hadza di Jabotabek sering-seringlah komunikasi dengan Mobik (Lha ana mbok anggep provider radio panggil opo Yan?-red.) atau Sepeh atau dengan yang lainnya, biar kalo ada acara lagi kita bisa kasih tau (itung-itung kita nebeng acara (tempat&makan) mereka ). Dengan begitu kita p ererat tali silaturahmi diantara kita (itu juga kalau Ente-Ente mau, kalau enggak yo ora nggagas .!!!!).

NursiYanti



[ AwaKASPO | Dari Redaksi | KASPOpini | PojoKASPO | KASPOsiana | KASPOstory | KASPOkro |

KASPOsideline | SuratEnte | DowoUmure | WartaKASPO | Halaman Depan ]



Odol Muncrat
Kaspos Online