Halaman Depan

AwaKASPO Dari Redaksi KASPOpini PojoKASPO KASPOsiana KASPOstory KASPOkro KASPOsideline

SwaraKASPO DowoUmure WartaKASPO

KASPOS Edisi Lama
���
Kaspos 21 Edisi Mei 1999


SuratEnte

Fotone Tekuk Teguh Hadi Wiyatno

Banyak Harapan

Semarang, 15 Maret 1999

Kutarik isi staples, kubuka dan kubaca seluruh isi Kaspos seluruh titik komanya tidak ada yang terlewatkan. Itulah "Aku-nya" sebenarnya terhadap keluarga besar Kaspo. Tidak ada yang terlewatkan bagiku meskipun aku jarang sekali kumpul (ora kumpul jaran Peh...). Jauh dimata dekat dihati, rak ngono toh.

Suatu kejutan dan kebanggaan bagi kita sebagai keluarga Kaspo hingga sampai kini kita masih menyambung benang silaturahmi yang kuat. Hal ini dibuktikan dengan terbitnya Kaspos edisi 20 yang merupakan salah satu wahanasilaturahmi bagi kita semua. Kalaupun suatu saat benang itu putus bisa kita sambung lagi kalau perlu kita ganti dengan benang Cap Gajah ukuran 24 karo digelas maneh sing alus tapi kuat (lak ngono toh Bik!).

KASPOS merupakan alat bagi kita untuk saling memberi bar-kabar, po-kaspo. Dari dua pernyataan itu kita dapat ambil suatu kesimpulan (meskipun dengan dua data kurang valid) bahwa Kaspos itu merupakan Awak dari Keluarga Kaspo dan tulisan Ente- Ente iku "nyowone". Lalu aku berangan-angan (ora mikir lho cah) kapan Kaspos iku berulang tahun. Itu merupakan pembicaraan yang sepele tetapi ternyata lupa dari ingatan kita. Apa kita perlu merayakan ulang tahun penerbitan kaspos yang sampai saat ini terbit 20 edisi. Merayakan bukan berarti harus pesta, tapi yen arep pesta lebih bagus. Aku hanya mengharap pada Ente-Ente kabeh dongane kanggo Kaspos khususnya dan keluarga kaspo umume agar terus berlanjut dan tambah maju berkembang menjadi majalah media umum suatu saat anti. Mboh kapan! Nek jarene si Nursiyanti Go Public. (Piye Bik, Peh?).

Memang suatu kemajuan bagi Kaspos untuk berani mengeluarkan "Kaspo Incorporated" dengan begitu Kaspos terbit tidak hanya berisi lakon-lakonan saja. Bukan berarti perlakonan itu tidak perlu, tetapi untuk menghindari titik kulminasi kejenuhan bagi kita untuk membacanya. Dan untuk membantu menuju "proses" titik akhir perlakonan, aku hanya dapat mengatakan bahwa tidak ada orang pandai yang mengatakan "saya orang pandai" dan tidak ada lakon yang mengatakan "saya lakon" dan hanya penonton (selain kru film RCTI) yang dapat mengatakan kamu lakon dan kamu Pak Ogah.

Kaspo Incorporated merupakan gebrakan yang cukup berani dan baru "selangkah" lebih maju yang dikeluarkan melalui idene Mobik (yo Bik?). Aku mendukung ide kuwi, piye karo Ente-Ente kabeh? Kita tak perlu mengharap banyak, meskipun harapan itu perlu, bila suatu saat hasilnya kecil ataupun rugi (mogo-mogo wae ojo) kita tak perlu kecewa. Karena semua yang kita lakukan adalah suatu permulaan. Permulaan adalah suatu pelajaran (baca: belajar) bagi kita untuk menuju yang lebih baik dan lebih baik lagi. Aku percaya itu.

Red, aku punya usul. Dan usul iki, saat ini sudah kujalani sampai saat ini yaitu suatu usaha kemitraan dalam bidang peternakan. Untuk hasilnya lumayan untuk dana abadi Keluarga Kaspo. Keterangan lebih lanjt hubungi drh. Muhammad Arief. Arief saat ini sebagai TS-nya Comfeed Group.



[ AwaKASPO | Dari Redaksi | KASPOpini | PojoKASPO | KASPOsiana | KASPOstory | KASPOkro |

KASPOsideline | SuratEnte | DowoUmure | WartaKASPO | Halaman Depan ]



Odol Muncrat
Kaspos Online

Copyright � 1999-2000



Halaman Depan

AwaKASPO Dari Redaksi KASPOpini PojoKASPO KASPOsiana KASPOstory KASPOkro KASPOsideline

SwaraKASPO DowoUmure WartaKASPO

KASPOS Edisi Lama
���
Kaspos 20 Edisi Pebruari 1999


SuratEnte

Fotone Toni Toni Bakhtiar

Kemana Ente-ente Beredar?

Assalamualaikum Wr. Wb.

Setelah sekitar 7 tahun selalu ikut rewang-rewang dan candhak-candhak dalam setiap penerbitan Kaspos, kini aku mencoba memposisikan diri hanya sebagai 'pelanggan' Kaspos. Sebuah pihak yang sebenarnya sah-sah saja untuk tidak terlalu memikirkan ada atau tidaknya Kaspos. Boleh untuk tidak membayangkan apa akibatnya bila Kaspos tidak terbit lagi. Atau, berhak untuk tidak sekedar kangen jika Kaspos kesuwen terbitnya.

Menjadi pihak seperti itu harusnya mudah dan nyaman. Kita tinggal ngenteni Kaspos dibawa Pak Pos ke rumah kita. Kaspos datang ya dibaca sambil ngeklek dan sesekali ngakak. Tak jarang juga misuh-misuh. Kaspos nggak datang-datang ya sudah. Tanpa wajib memikirkan apa sebab kok Kaspos itu nggak terbit-terbit. Apa nggak ada naskah yang masuk ya? Apa redaksi Kaspos itu sibuknya seperti saya ya? Apa redaksinya nggak punya uang buat beli prangko ya?

Ternyata aku gagal menjadi pelanggan yang demikian. Alhamdulillah, juga sebagian besar dari Ente. Mempersiapkan segala sesuatu demi terbitnya Kaspos, bersama Mobik tentunya, bagiku punya kenikmatan tersendiri. Aku menikmatinya sejak cuma jadi wartawan sampai jadi pemimpin redaksi. Anehnya kenikmatannya sama. Ya ini karena nggak ada bedanya antara jadi wartawan dan pemred. Penggaweane pancet. Mulai dari ngarang cerita sendiri, ngobrak-obrak Ente agar cepat mengirim naskah, ngetik ulang, nyetting, menggunting dan menempel, fotokopi sak njepretine, dan akhirnya memasukkan ke kotak pos dengan perasaan lega. Lega? Memang begitulah aku merasakannya. Bak sebuah pekerjaan besar dan penting telah terselesaikan. Begitulah aku memandangnya. Kaspos bagiku bukanlah sekedar empat-lima lembar kertas berisi cerita kaspo yang bisa membuat penulisnya di-impeachment. Semua Ente sudah tahu memang begitulah isi dari Kaspos. Jadi isi bukanlah esensi. Ada 'isi' yang lain yang eman-eman untuk dibuang: persaudaraan. Persaudaraan atas dasar kaspo? Hanya mereka-mereka yang tidak tahu spirit Keluarga Kaspos yang punya pendapat seperti itu.

Sekarang ini aku bisa membayangkan dengan jelas betapa klengernya Mobik -pemred yang sudah lengser keprabon dan milih jadi sesepuh saja, mempersiapkan Kaspos edisi 20. Biasanya Sepeh datang membantu dengan ide dan tulisannya yang hebat. Tapi kini Sepeh sibuk. Sejak berhasil menggapai mimpinya untuk lulus dari Unas, Sepeh, syukurlah, segera dapat suhulan. Semoga Sepeh tidak melupakan masa-masa sebelum ia menggapai mimpinya.

Aku di sini nggak bisa apa-apa selain ngarang cerita untuk dikirim ke Bogor. Untungnya aku masih punya cukup inspirasi untuk ngaspo karena justru di sini aku bisa menjalin kontak dengan Indra BH, Dony, Mbah Somo, dan Wiji Klomoh, salah satu sumber inspirasi tulisanku selama ini. Agak mengejutkan bagiku ketika Wiji kirim surat dari Madinah. Juga ketika Mbah Somo kirim email, meski cuma sekali dan sesudah itu kembali gelap. Juga ketika di mailbox-ku masuk sebuah email dari [email protected]. Siapa lagi kalau bukan email dari Dony beserta permintaannya yang panggah wae. Sudah hampir setahun aku tidak melihat rambut metalnya yang mestinya sekarang sudah menjadi rambut seriosa.

Berbicara tentang tulisan di Kaspos aku jadi ingat yang lalu-lalu. Dulu rasanya Kaspos sangat semarak dengan tulisan dari banyak Ente. Ada rubrik Renungan yang biasanya diisi oleh tulisan dari Doel Hakim atau Mursiti. Rubrik itu kini sering kali absen. Atau tulisan Wiwik dan Tekuk di rubrik Swarakaspo yang mengajak kita bernostalgia. Hamim, Emmy Handayani dan Anik Suwantini seingatku pernah juga mengirimkan suratnya. Gimana kalau Ente-ente pada come-back? Rasanya terlalu lama untuk tidak berkirim surat lagi. Juga untuk Rudi Kemul yang sudah beberapa edisi absen. Mogoknya dihentikan dulu. Yang sudah ya sudah. Masak gara-gara Ika saja jadi mogok nulis. Ingatlah analisis Sepeh tentang Ika. Ika memang menyibukkan.

Satu keinginan lagi adalah pencekan alamat. Setiap kali Kaspos terbit, di situ selalu ada daftar alamat Ente. Dari daftar itu, beberapa di antaranya aku tidak lagi yakin. Sebutlah Tekuk, Linawati, Mursiti, dan Hamim, benarkah mereka masih tinggal di sana? Aku juga masih penasaran dengan Gasri. Satu-satunya teman yang belum pernah terlacak keberadaannya selulus SMA.

Cuma Mbah Amin yang bisa melakukan investigasi dan inventarisasi terhadap masalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.





[ AwaKASPO | Dari Redaksi | KASPOpini | PojoKASPO | KASPOsiana | KASPOstory | KASPOkro |

KASPOsideline | SuratEnte | DowoUmure | WartaKASPO | Halaman Depan ]



Odol Muncrat
Kaspos Online

Copyright � 1999-2000